A. Asal
Usul Bangsa Arab Pra Islam
Bangsa Arab adalah
ras Semit yang tinggal di sekitar
jazirah Arabia. Bangsa Arab purbakala adalah masyarakat
terpencil sehingga sulit dilacak riwayatnya. Sedangkan bangsa arab
termasuk dalam keturunan ras bangsa Caucasoid. Bangsa
arab terbagi atas dua kelombok besar, yaitu:
1. Arab Baidah
Arab
Baidah ialah bangsa Arab yang sudah tidak ada lagi, di
antaranya telah
tercatat dalam kit agama samawi dan syair-syair arab seperti kaum Tsamud, Ad, Jadis, dan Thasm.
Rata-rata kehidupan peradaban mereka maju dalam bidang pertanian, peternakan,
dan kerajinan. Hal tersebut karena letaknya yang strategis diantar jalur
perniagaan internasional saat itu, maka banyak penduduknya menjadi saudagar ulung.
2. Arab Baqiah (mereka ini masih ada) terbagi pada dua kelompok:
ü Keturunan
Baqiah masih ada sampai sekarang, mereka terbagi dalam dua kelompok diantarnya
adalah Arab Aribahyaitu kelompok yang bernenek
moyang bangsa Qathan di Yaman.
ü Kedua Arab Musta'ribah yang Kebanyakan dari penduduk Arabia yang mendiami
bagian tengah Jazirah Arabia dari Hejaz sampai ke Syam. Kelompok Arab
Musta'arabah inilah yang mendiami Mekkah tinggal bersama Nabi Ibrahim hingga terjadi percampuran (Perkawinan) yang kemudian
melahirkan suku Arab termasuk suku Quraisy, yang tumbuh dari induk
suku Adnan.
Sejarah
Arab erat kaitannya dengan Ka’bah. Sejarah Ka’bah di Makkah dimulai dengan
kedatangan Ibrahim beserta istri dan anaknya Ismail yang masih bayi. Ismail
yang memiliki Mu’jizat dan
kemuliaan telah mendapat penghormatan besar, dan segenap orang dipenjuru
Jazirah Arab berdatangan ke sana. Oleh karena itu Ibrahim bersama putranya
Ismai membangun Ka’bah. Pembangunan ini dilakukan agar Ka’bah bisa
dijadikan tempat mngerjakan Syi’ar Agama Ibrahim. Maka setelah itu diserulah
umat manusia oleh Ibrahim untuk mengerjakan haji. Semenjak itu berdatanganlah
manusia dari segenap penjuru dari berbagai macam negeri ke Makkah untuk mengerjakan
ibadah Haji.
Menurut Mukhtar Yahya sejarah kedatangan Khuza’ah ke Makkah secara
besar-besaran adalah ketika orang-orang arab Yaman yang berasal dari kota
Ma’arib hendak merantau di wilayah lain. Di tengah perjalanan sampailah mereka
di pinggiran kota Makkah. Orang Khuza’ah mengadakan negoisasi kepada penguasa
Jurhum untuk tinggal beberapa hari di wilayah Makkah guna istirahat sebelum
melanjutkan perjalanan. Namum konon orang-orang Jurhum mengusir secara kasar
mereka, tentu hal tersebut sangat menyakitkan hati bagi suku Khuza’ah.
Akibatnya terjadilah peperangan di antara kedua suku tersebut. Dalam peperangan
tersebut Khuza’ah memperoleh kemenangan. Seiringnya waktu maka Khuza’ah memegang dua kekuasaan
yang sebelumnya dipegang Jurhum, yaitu kekuasaan kenegaraan dan kekuasaan
keagamaan.
Peradaban timur tengah dipengaruhi oleh bangsa yunani dan romawi. Pendapat
ini diperkuat oleh Ahmad Amin yang dikutip oleh Badri Yatim, dia memaparkan
bahwa apa yang berkembang menjelang kebangkitan Islam merupakan pengaruh dari
budaya-budaya bangsa disekitarnya yang jauh lebih maju dari pada kebudayaan dan
peradaban Arab. Pengeruh tersebut masuk ke Jazirah Arab melalu beberapa jalur,
diantaranya melalui perdagangan, melalui politik kerajaan, dan masuknya misi
Yahudi dan Kristen. Melalui perdangan bangsa arab telah berhubungan dengan
bangsa Syiria, Habsyi, Mesir, dan Romawi, yang mana peredaban mereka telah
mendapat pengaruh dari kebudayaan Yunani.
B. Kondisi Bangsa Arab Pra
Islam
1. Kondisi
Geografis
Jazirah
Arab dikelilingi oleh tiga lautan, yaitu laut merah di barat, samudera Hindia
di Selatan, dan Teluk Persia di timur. Letak geopolitik ini sangat
menguntungkan bagi kondisi sosial, ekonomi, dan politik bangsa Arab.Keadaan tanahnya
sebagian besar terdiri dari Padang Pasir tandus, bukit dan batu, terutama bagian
tengah. Sedang bagian selatan atau bagian pesisir pada umumnya tanahnya cukup subur.
Untuk wilayah bagian Tengah terbagi pada:
ü
Sahara Langit
atau disebut pula Sahara Nufud memanjang 140 mil dari utara ke selatan dan 180 mil dari timur
ke barat. Oase
dan mata air sangat jarang, tiupan
angin sering kali menimbulkan kabut debu yang mengakibatkan daerah
ini sukar
ü
Sahara
Selatan disebut al-Ru'ul Khali yang membentang
dan menyambung sahara Langit kearah timur
sampai selatan persia. Hampir seluruhnya
merupakan daratan Keras, tandus, dan pasir bergelombang;
ü
Sahara
Harrat, suatu daerah yang terdiri dari tanah liat yang
berbatu hitam bagaikan Terbakar.
Kondisi alam/tanah adalah:
ü Kering dan tandus, kalaupun ada air hanyalah Oase atau Mata Air
ini.
ü Menyebabkan penduduknya suka
berpindah-pindah (Nomaden) dari satu wilayah ke
wilayah lain, oleh para ahli mereka
disebut suku Badui.
ü Dari segi pekerjaan mereka umumnya bekerja
menggembalakan kambing dan binatang ternak lainnya.
Sementara wilayah
bagian Pesisir, yaitu terdiri wilayah pesisir Laut
Merah, Samudera Hindia dan Teluk Persi, sehingga kondisi tanahnya:
ü Sangat subur, di tempat ini banyak dilakukan usaha
pertanian;
ü Di samping itu juga dilakukan usaha perdagangan;
ü Penduduknya menetap dan sangat padat.
2. Kondisi
Sosial
Keadaan
bangsa Arab yang hidup di daerah padang pasir yang tandus, sedikit
banyaknya turut membuat corak kehidupan mereka berjalan agak keras, penuh persaingan, perebutan kekuasaan antara satu kabilah dengan kabilah lainnya. Siapa yang kuat, gagah perkasa itulah yang
memimpin.
Dalam hidup bermasyarakat, bangsa Arab sangat dilungkupi kehidupan
keduniawian. Mereka sangat menggemari hal-hal berikut
ini:
Syair; dengan syair, orang bisa dipuji/mulia dan
dihina. Dari syair ini
akan tergambar kehidupan sosial bangsa
Arab;
ü Minum khamar, kendati
di antara mereka ada pula yang
mengharamkan hal ini;
ü Ada pula adat (tradisi) pada saat itu kebiasaan “mengawini isteri bapa”yang telah
meninggal dunia;
ü Menganggap hina kaum perempuan;
ü Menguburkan anak perempuan, namun hal ini menurut Sallabi, ini hanya dilakukan oleh Bani Asad
dan Tamim;
ü Sementara mereka yang pandai membaca saat itu
hanyalah sebanyak 17
ü Perbudakan suatu hal yang biasa terjadi pada masa Arab
pra-Islam. Mereka ini memelihara dan mempertahankan perbudakan.
3. Kebudayaan
Akibat peperangan secara terus
menerus kebudayaan arab tidak berkembang. Karena itu, artefak sejarah arab pra
islam sangat langka didapatkan di dunia Ara dan yang dalam bentuk bahasa arab.
Sejarah mereka hanya dapat diketahui dari masa kira-kira 150 tahun menjelang
lahirnya islam.
Dalam kehidupan seni dan budaya
orang-orang arab sebelum islam sangat maju. Bahasa mereka sangat indah dan
kaya. Syair-syair berjumlah banyak. Di kalangan mereka seorang penyair dan ahli
berpidato (khitabah) sangat dihormati. Tiap tahun di “Pasar Ukaz” diadakan
deklamasi sajak yang sangat luas. Hal lain yang sangat dipentingkan oleh orang
arab Jahiliyah adalah catatan keturunan (nasab), nasab digunakan untuk
bermegah-megahan dan ajang pamer dengan lawannya.
Orang-orang Arab sebelum Islam
tidaklah bodoh melainkan cerdas. Kata jahiliyah yang melekat pada Arab Jahiliyah berasal dari kata jahl tetapi
yang dimaksud disini bukan jahl lawan dari ‘ilm yaitu
tidak berilmu, melainkan lawan dari hilm yaitu Safah, Ghadad, anfah
(sedai, berang, tolol). Jadi
pengertian Arab Jahiliyah yang sebenarnya adalah orang-orang Arab sebelum Islam
yang membangkang kepada kebenaran, terus melawan kebenaran, sekalipun telah
diketahui olehnya kebenaran itu.
4. Kondisi
Ekonomi
Kondisi Jazirah arab yang bergurun
sangat cocok digunakan untuk berdagang sebagai penunjang kemapanan ekonomi.
Orang-orang quraisy berdagang sepanjang tahun. Di musim dingin mereka mengirim
khalifah dagang ke Yaman, sementara di musim panas kalifah dagang menuju ke
Syam. Perdagangan yang paling ramai di Makkah adalah pada bulan Zulqaidah,
Zulhijjah, dan Muharram yang mana itu merukan musim “Pasar Ukaz.” Begitu pula
di bulan Rajab, karena di bulan Rajab banyak dikerjakan Umrah. Bulan-bulan
tersebut tadi mereka namai dengan “Asyhuru’I Hurum” atau bulan-bulan yang
terlarang. Termasuk di dalamnya adalah larangan melakukan peperangan di bulan
tersebut.
Faktor yang menjadikan Makkah
memiliki peranan dalam perdagangan adalah ketika negeri Yaman di Selatan
berpindah ke Makkah karena negerinya dijajah oleh bangsa Habsyi dan Persia
sehingga perniagaan laut dikuasai oleh penjajah. Perpindahan bangsa Yaman Ke
Makkah sangat menguntungkan penduduk Makkah, karena bangsa Yaman sangat piawai
dan berpengalaman luas dalam bidang perdagangan. Bangsa Arab yang yang nomaden umumnya bekerja sebagai
penggembala. Mereka ini juga kadangkala menjadi pengawal para
kafilah dagang yang umumnya dari penduduk perkotaan. Sementara Arab bagian selatan, pesisir atau perkotaan
umumnya mereka lebih banyak bergerak di bidang perdagangan (niaga). Perdagangan ini mereka lakukan
sampai ke negeri India, Indonesia dan Cina.
5. Kondisi
Politik
Secara global-teritorial, Arab
merupakan negeri yang terletak di semenanjung Arab yang dikelilingi tiga
lautan, yaitu Laut Merah di Barat, Samudera Hindia di Selatan, dan Teluk Persia
di sebelah Timur. Letak geopolitik ini berdampak signifikan pada kondisi sosial
bangsa Arab. Negeri Yaman misalnya, diperintah oleh bermacam-macam suku dan
pemerintahan yang terbesar adalah masa pemerintahan Tababi’ah dari kabilah
Himyar. Di bagian Timur Jazirah Arab, dari kawasan Hirah hingga Iraq, yang
ada hanya daerah-daerah kecil yang tunduk kepada kekuasaan Persia hingga
datangnya Islam. Raja-raja Munadzirah sama sekali tidak berdiri sendiri dan
tidak merdeka, tetapi tunduk secara politis di bawah kekuasaan raja-raja
Persia. Bagian Utara Jazirah Arab sama dengan bagian Timur, karena di daerah
itu juga tidak ada pemerintahan bangsa Arab yang murni dan merdeka. Semua raja
di sini tunduk di bawah kekuasaan Romawi. Raja-raja Ghasasanah semuanya serupa
dengan raja-raja Munadzirah. Sementara itu, di Tengah Jazirah Arab, di
mana terdapat tanah suci Mekkah dan sekitarnya, kaum Adnaniyyin menjadi
penguasa yang independen, tidak dikuasai oleh Romawi, Persia, maupun Habasyah.
Allah telah menjaga kehormatan tanah dan penduduk disana. Bahkan sejak masa
imperialisme Barat yang menjajah dunia Islam, tak ada yang bisa menguasai
negeri suci ini karena Allah telah menjaga kesuciannya.
Bangsa arab zaman Jahiliyah tidak
mempunyai bentuk pemerintahan terkenal yang besar. Mereka hanya memiliki
kabilah-kabilah yang mana tugas pemimpin hanya mengurus hal-hal dalam keadaan
perang dan damai. Perang sering terjadi antara kabilah dan suku, ganti
berganti, terjadinya selama bulan haram, dalam masa mana berlangsung “pasar
Ukaz”. Peperangan terjadi biasanya disebabkan oleh hal yang sepele dan remeh.
Ditambah lagi
dengan kenyataan luasnya daerah di tengah Jazirah Arab, bengisnya alam,
sulitnya transportasi, dan merajalelanya badui yang merupakan faktor-faktor
penghalang bagi terbentuknya sebuah negara kesatuan dan menggagalkan tatanan
politik yang benar. Mereka tidak mungkin menetap. Mereka hanya bisa loyal ke
kabilahnya. Oleh karena itu, mereka tidak akan tunduk ke sebuah kekuatan
politik di luar kabilahnya yang menjadikan mereka tidak mengenal konsep negara.
Kondisi semacam ini sangat mempengaruhi corak perekonomian orang Arab pra-Islam
yang sangat bergantung pada perdagangan daripada peternakan apalagi pertanian.
Mereka dikenal sebagai pengembara dan pedagang tangguh. Mereka juga sudah
mengetahui jalan-jalan yang bisa dilalui untuk bepergian jauh ke negeri-negeri
tetangga.
6. Kondisi
Agama
Sementara dalam bidang agama (kepercayaan) pada umumnya mereka adalah kaum penyembah berhalaatau
paganisme. Menurut
catatan sejarah, di dinding Ka’bah terdapat 360buah patung. Bangsa Arab senang memuliakan
batu-batu yang ada di sekeliling Ka’bah/Mekkah
kemana mereka pergi selalu membawa batu tersebut, untuk
kemudian thawaf mengelilingi batu yang dibawanya itu, sehingga di mana-mana dibentuk
patung. Patung-patung dan berhala itu mereka kumpulkan di sekitar Ka’bah untuk disembah. Pada awalnya mereka menyembah
berhala adalah hanya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan (Allah), atau dengan kata lain berhala sebagai perantar untuk
menyembang Tuhan.
Agama kedua yang
dianut oleh bangsa arab adalah agama monoteisme, agama hanif yang dibawa oleh
Nabi Ibrahim. Pengikut agama ini sangat sedikit, bahkan ketika islam sudah ada
merekat tidak segera mengimaninya. Selain itu ada agama Masehi (kristen) yang
dianut oleh Waraqah Ibn Naufal yang mengetahui banyak tentang injil. Namun
ketika datangnya islam, Usman Ibn Hawairis dan Abdullah Ibn Jashy ragu terhadap
kebenaran islam dan lebih memilih untuk kembali memantapkan dalam menganut
agama Masehi. Agama ketiga yang dipercayai oleh bangsa arab adalah agama Shabiah
yang menyembah binatang, matahari, bintang. Selain itu ada juga yang
menyembah binatang dan mempercayai malaikat sebagai anak perempuan Tuhan serta
menyembah jin.
C. Suku Quraisy
Kedudukan kaum Quraisy sangat dimuliakan dan berderajat tinggi dalam
pandangan bangsa arab seluruhnya. Mereka dimuliakan dan dihormati oleh seluruh
penduduk Jazirah arab. Adapun keluarga yang lebih dimuliakan dalam suku Quraisy
adalah bani Abdi Manaf, selain itu adalah bani Hasyim. Nabi Muhammad
adalah keturunan bani Hasyim, bernama lengkap Muhammad bin Abdullah bin Abdul
Muthalib bin Hasyim.
Diantara keturunan nabi Ismail yang bisa beregenerasi adalah keturunan dari
kaum Adnan. Dari Adnan keturunan Ismail dikenal dengan sebutan Bani Adnan atau
Adnaniyun. Dari bani Adaan turun temurun menurunkan Fihr Bin Malik, dan Fihr
inilah yang disebut Quraisy. Antara Quraisy dengan Adnan dalam garis keturunan
berjarak beberapa generasi. Dari suku Quraisy inilah lahirlah seorang pemimpin
yang bernama Qushi bin Kilab. Dia adalah orang yang kuat, cerdas, berwibawa,
dan ditaati. Dialah yang telah merintis perbaikan infrastuktur seperti
mendatarkan jalan, selain itu dia juga menjadi pelopor untuk mengaakan
perpindahan kekuasaan dari tangan Khuza’ah ket tangan suku Quraisy.
Sejarah peradaban arab paling modern pra Islam dimulai dari penguasaan
orang Quraisy di wilayah Arab yang dipimpin oleh nenek moyang nabi Muhammad
yaitu oleh Qusha’i. Ketika musim haji datang orang Quraisy gemar menyajikan
makanan pada orang-orang yang berhaji. Orang Quraisy sangat menghormati
orang-orang yang berhaji. Maka tak ayal ketika suku Quraisy mengadakan
perjalanan jual beli ke luar daerah juga sangat dihormati. Pada abad 5 Masehi kaum Quraisy merebut pemerintahan
Makkah beserta Ka’bah dari Khuza’ah. Setelah dipimpin kaum Quraisy Makkah
menjadi lebih maju. Kemudian didirikanlah pemerintahan yang diperkasai oleh
kaum Qurasiy. Pada zaman Abdul Muthalib kota Makkah lebih maju dan telaga
Zamzam disempurnakan pemugarannya, yaitu sekitar abad 540 M.
Seiring
berjalannya waktu melihat kondisi miskin dan kesempitan akses sosial ke luar
Makkah, maka salah seorang pemimpin bani Qurasiy yaitu Hasyim mengadakan
negoisasi ke Syiria yaitu daerah kekuasaan Romawi Timur. Negoisasasi tersebut
berhasil, pemimpin Romawi Timur menjami keamanan dan perniagaan mereka. Maka
setelah itu Hasyim mengatur dua macam jalur perdagangan. Pertama perjalanan di
musim panas ke Syiria, dan kedua perjalan musim dingin ke Yaman.
Daftar Pustaka
“Kondisi Bangsa Arab Pra Islam,”http://mahluktermulia.wordpress.com/2010/05/13/kondisi-bangsa-arab-pra-islam/.
“Sejarah Arab Pra Islam,” http://spistai.blogspot.com/2009/03/sejarah-arab-pra-islam.html, Senin, 02 Maret 2009.
Al Jazairi, Abu Bakar Jabir. Muhammad, My
Beloved Prophet. 2007.
Al-farisi, Rudi Arlan. “Sejarah
Peradaban Arab Pra Islam,”http://msubhanzamzami.wordpress.com/2010/10/18/kondisi-arab-pra-islam-dalam-aspek-sosial-budaya-agama-ekonomi-dan-politik/.
As-Sirjani, Raghib. Sumbangan Peradaban Islam
pada Dunia, terj. Sonif . Jakarta: al Kautsar, 2011.
Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an
dan Terjemahannya. Surabaya: Duta Ilmu, 2005.
Hasjmy, A. Sejarah Kebudayaan Islam.
Jakarta: Bulan Bintang, 1995.
Hollan, Julian. “Timur Tengah,” Ensikopedia
Sejarah dan Budaya Sejarah Dunia, ed. Nino Oktorino. Jakarta: Lentera
Abadi, 2009.
Mufrodi, Ali. Islam di Kawasan Kebudayaan Arab.
Jakarta: Logos, 1997.
Syalabi, A. Sejarah da Kebuayaan Islam. Jakarta:
Pustaka al Husna,1992.
Taufiqqurahman, Sejarah Sosial Politik
Masyarakat Islam Daras Sejarah Peradaban Islam.Surabaya: Pustaka Islamika,
2003.
Yahya, Mukhtar. Perpindahan-perpindahan
Kekuasaan di Timur Tengah. Jakarta: Bulan Bintang, 1985.
Yatim, Badri Sejarah Peradaban Islam.
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2000.
Sejarah Peradaban Islam Pra Islam, “http://banjirembun.blogspot.com/2012/06/sejarah-peradaban-bangsa-arab-pra-islam.html”